PERPUS MASUK KORAN

Tribun Lampung, 24 Maret 2018
Perpustakaan SMAN 2 Metro “Go Nasional”
Luckty, Desain Ruangan Seperti Kafe
Tenang, hening, sunyi, dan sepi, suasana seperti ini yang dirasakan ketika berada di perpustakaan. Tapi, belakangan image hening dan membosankan mulai di tinggalkan perpustakaan. Inilah yang terjadi di Perpustakaan SMAN 2 Metro. Desain Perpustakaan dibuat seperti kafe. Ruangan warna-warni dan banyak titik untuk selfi ataupun swafoto.
Konsep fun dan kekinian berhasil meningkatkan minat baca para siswa SMAN 2 Metro. Ruang perpustakaan yang dulunya sepi, kini tak kurang dipenuhi 50 siswa setiap harinya.
Pengunjung bisa langsung merasakan atmosfer berada ketika melihat tampilan depan perpustakaan SMAN 2 Metro yang ala-ala Kedai Kopi. Dimana berbagai tulisan atau kata-kata mutiara yang tertuang di sepanjang pintu masuk terpampang seperti menu-menu pada sebuah kafe.
Kesan berada dari ruangan lain diantara ruang sekolah inilah yang mampu menarik mata. Saat memasuki bagian dalam yang terdiri dari dua ruangan itu, aroma perpustakaan pun sekejap hilang. Rasanya justru seperti berada di dalam playgroup.
Duduk Lesehan, dinding warna-warni, papan catur, dan permainan, serta alunan musik dari band-band zaman now kian membuat pengunjung dimanjakan, bahkan kita diperbolehkan saling bicara dan berswafoto ria memilih background dinding yang dihiasi berbagai tempelan siswa siswi.
Konsep yang digagas Luckty Giyan Sukarno ini pun akhirnya ‘Go Nasional’. Ia didapuk 10 pustakawan terbaik tingkat nasional tahun 2017. Untuk kategori karya tulis yang berjudul “Promosi Perpustakaan Melalui Media Sosial”.
Karya Tulisnya dimuat pada Media Pestakawan perpusnas.go.id untuk edisi Januari 2018. “Awalnya itu bingung mau ngapain waktu diterima jadi pustakawan dan ditempatkan di SMAN 2 Metro”. Ujar dara yang biasa dipanggil Luckty ini.
Peraih juara 1 Pemilihan Pustakawan Berprestasi tingkat Provinsi Tahun 2017 ini menuturkan, dirinya ditugaskan mengelolah perpustakaan sekolah yang kala itu masih satu ruangan kelas. Namun tiap hari siswa yang datang tak lebih dari 10 orang.
Berangkat dari kebosanan, perempuan kelahiran 22 mei 1986 ini akhirnya membuat sistem barcode untuk memudahkan pencarian buku. Disusul menata ruangan dengan cat warna-warni untuk menarik mata.
“lebih mirip playgroup sih jadinya”. Tapi justru ini yang buat beda dengan ruangan lain di sekolah. Dan duduk juga lesehan. Terus di kasih tv dan musik-musik baru, lama-lama banyak yang datang. Sampai akhirnya kita punya dua ruangan. Kenang sarjana perpustakaan lulusan Universitas Padjajaran itu.
Tak sampai situ, finalis Tenaga Perpustakaan Sekolah yang mewakili lampung dalam lomba yang digelar kemendikbud tahun 2016 ini pun terus berinovasi untuk menarik minat baca para siswa-siswi. Yakni memberi hadiah undian bulanan bagi para pengunjung perpustakaan.
Perempuan 32 tahun ini pun mencoba mengikuti dunia remaja zaman now. Dengan menggunakan media sosial sebagai ajak promosi perpustakaan seperti kafe dan bisa berselfie.
“Di perpustakaan ini juga boleh ngobrol. Bahkan musik-musik baru pun itu agenda wajib. Tentu kita siapkan juga arena game, catur, scrable, dan sejeninya. Agar anak-anak engak bosan dan pada saatnya nanti, membaca itu sudah jadi keseharian mereka.” tutur wanita kelahiran Kota Metro ini.
Sementara An-Nisa Magnolia, siswi SMAN 2 Metro mengaku kerap menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah karena merasa banyak hal menarik yang ditawarkan. Tidak hanya sebagai tempat membaca, tapi bisa bermain melepas penat.
Kepala Sekolah SMAN 2 Metro, Indrianto Susetyo, mengaku perpustakaan sekolahnya meski memiliki tempat yang terbatas, tapi mampu melakukan kreativitas tanpa batas. Tidak hanya sebagai sumber belajar tapi juga menjadi tempat rekreasi siswa-siswi.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung. Sulpakar, mengapresiasi pengelolaan perpustakaan yang dilakukan SMAN 2 Metro. Sulpakar berharap apa yang dilakukan oleh SMAN 2 Metro bisa menjadi contoh bagi sekolah lain untuk melakukan pengelolaan perpustakaan secara kreatif.
“Bagus memang itu harapannya memang bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain agar bisa mengelolah perpustakaannya secara kreatif dan inovatif”. Ucap Sulpakar.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lampung, Herlina Warganegara juga memuji perpustakaan SMAN 2 Metro. Menurut Herlina, memang setiap daerah tidak hanya sekolah, diharapkan bisa mengelolah perpustakaan secara kreatif dan inovatif.